Cerita yang dikisahkan dalam setiap Jataka adalah cerita fabel. Setiap kali sang Buddha yang menitis menjadi hewan atau bahkan pada sekali peristiwa sebuah pohon, dikisahkan. Setiap Jataka ditulis dalam bentuk prosa, namun pada akhir cerita, ditulis moral cerita dalam bentuk seloka bahasa Pali.
Cerita-cerita Jataka baik dalam bahasa Pali maupun dalam terjemahan lokal banyak diketemukan di Sri Lanka, Nepal, dan Tibet. Di Indonesia cerita Jataka tidak diketemukan dalam bentuk tekstual, namun banyak didapati cerita-cerita Jataka sebagai relief Candi Borobudur.
Ada kemungkinan cerita-cerita Jataka pada masa lampau diterjemahkan dalam bahasa Yunani dan menjadi dasar fabel Aesopus.
Sementara itu beberapa cerita fabel Jataka diperkirakan menjadi cerita-cerita fabel yang termuat dalam kitab Pañcatantra bahasa Sansekerta.
Di beberapa negara, khususnya jumlah pemeluk Agama Buddha dengan mazhab Theravada, beberapa dongeng panjang dari Jataka masih dipertunjukkan hingga sekarang ini baik dalam bentuk tarian, seni teater dan ritual upacara resmi. Di Kambodia, Thailand dan Laos, cerita ini dikaitkan dengan perayaan kalendar Lunar.
Volume IV meliputi buku X (No. 439) sampai dengan buku XV (No. 510)Download
0 komentar:
Posting Komentar